111.407 Keluarga di Lombok Tengah Berisiko Stunting, ITDC Turun Tangan
LOMBOK TENGAH | PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero)/Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), perusahaan member InJourney Group yang mengembangkan dan mengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika atau The Mandalika di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyalurkan bantuan untuk program pencegahan Stunting di Desa Mertak, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.
Bantuan yang diberikan pada program pencegahan Stunting berupa pemberian 600 telur ayam yang diserahkan langsung oleh General Manager The Mandalika, Molin Duwanno bersama Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Advokasi dan Informasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi NTB, Drs. Samaan, M.Si.
Melalui siaran pers tertulis PT ITDC, Jumat, (31/3/2023), General Manager The Mandalika, Molin Duwanno mengatakan, program pencegahan Stunting merupakan pilot project kolaborasi antara ITDC dengan BKKBN Provinsi NTB dengan memberikan makanan tambahan mengandung protein hewani yang merupakan rekomendasi dari BKKBN Provinsi NTB sebagai langkah pencegahan stunting di Desa penyangga KEK Mandalika.” Program ini merupakan kolaborasi antara ITDC dengan BKKBN Provinsi NTB, dimana BKKBN Provinsi NTB memberikan pendampingan dan penyuluhan terhadap ibu dengan kondisi anak rawan stunting,” katanya
BKKBN Provinsi NTB juga melakukan sosialisasi mengenai pengolahan protein hewani yang sehat untuk diberikan kepada anak-anak dengan kategori berat badan di bawah normal (underweight).
Angka keluarga berpotensi risiko stunting di Provinsi NTB Tahun 2021 atas data dari BKKBN Provinsi NTB menunjukkan angka yang sangat tinggi yaitu sebanyak 557.301 keluarga. Berdasarkan jumlah tersebut, Kabupaten Lombok Tengah menempati peringkat ke-2 untuk jumlah keluarga berpotensi risiko Stunting di NTB pada angka 111.407 keluarga. “Seperti yang kita ketahui, Kecamatan Pujut merupakan salah satu kecamatan dengan jumlah balita dengan potensi stunting di Indonesia. Desa Mertak memiliki jumlah balita berisiko stunting paling tinggi yaitu sebesar 383 anak untuk tahun 2023.” ucap Molin.
Kedepannya, ITDC dan BKKBN Provinsi NTB akan memonitoring perkembangan anak-anak yang rawan stunting dengan melakukan penimbangan dan evaluasi dengan memperhatikan kenaikan berat badan setelah pemberian telur setiap 2 minggu sekali selama 3 bulan. “Bantuan ini merupakan wujud dari Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) ITDC terhadap perbaikan gizi anak-anak di desa penyangga kawasan The Mandalika. Kedepannya pilot project ini diharapkan dapat menjadi pemicu untuk institusi atau BUMN lain dapat melakukan kegiatan serupa khususnya pada isu stunting,” ujar Molin. [slnews – rul]
Tinggalkan Balasan