Lahan Gembala Menyempit, LIA Dikepung Kerbau
Ketua Tim Pengendali dan Penertiban Bandara Lalu Siaga (kiri) bersama Kades Penujak Dikdaya (kanan)“
Lombok Tengah, SuaraLombokNews.com, – Ratusan Kerbau milik masyarakat tiga Desa yakni Desa Ketare, Desa Tanak Awu kecamatan Pujut dan Desa Penujak Kecamatan Praya Barat Lombok Tengah (Loteng) berkeliaran bebas di dalam areal Lombok Internasional Airport (LIA).
Masyarakat di Tiga Desa Lingkar Bandara itu terpaksa mengembala Hewan Ternak jenis Kerbau itu didalam areal Bandara LIA, karena semakin menyempitnya lahan Gembala pasca pembangunan dan di operasikan Bandara LIA.” Kata pemilik Kerbau, karena lahan Gembala semakin menyempit. Karena melihat ada lahan yang kosong di Bandara mereka ( warga ) mengembala Kerbau di dalam areal Bandara,” terang Ketua Tim Pengendali dan Penertiban Bandara Lalu Siaga, Selasa, (28/2/2017).
Saat ini kata Lalu Siaga, dirinya bersama 4 Kepala Desa (Kades) Lingkar Bandara LIA tengah mencari solusi untuk menyelesaikan persoalan Kerbau yang digembala di dalam areal Bandara LIA tersebut.” Persoalan ini sudah menjadi sorotan Pak Gubernur yang harus kita selesaikan secara baik – baik. Karena tidak bolah ada aktivitas lain selain penerbangan di dalam Areal Bandara. Bandara itu harus steril, sebab kalau sampai ada binatang yang masuk ke Run Way, seperti Ayam, Anjing maupun Kucing bisa membahayakan penerbangan,” katanya.
Lalu Siaga merincikan, di Desa Ketare ada sekitar 5 orang Pengembala Kerbau, dan di Desa Tanak Awu ada 7 orang Pengembala, sedangkan di Desa Penujak ada 15 orang Pengembala Kerbau.”Warga dari Desa Ketare dan Tanak Awu mengembala Kerbau di sebelah Timur Bandara, sedangkan warga Desa Penujak mengembala Kerbau di sebelah Barat dan Utara Bandara. Jumlah Kerbau yang di gembala di dalam areal Bandara kurang lebih sekitar 500 ekor,” jelasnya.
Lalu Siaga mengaku, warga tiga Desa di lingkar Bandara LIA itu menyadari, terkait dengan larangan aktivitas hewan ternak di dalam areal Bandara. Untuk itu warga meminta kebijakan kepada otoritas Bandara LIA untuk diberikan kesempatan mengembala Kerbau di dalam areal Bandara sampai dengan musim Panen berakhir.” Permintaan mereka sudah saya sampaikan ke Pak GM PT. AP. Kata Pak GM untuk sementara waktu, silakan mereka Mengembala Kerbau, tetapi setelah Musim Panen selesai mereka tidak diperbolehkan lagi mengembala Kerbau di dalam Areal Bandara,” ucapnya.
Didampingi Lalu Siaga, Kades Penujak Dikdaya meminta kebijakan dari pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Provinsi NTB untuk mengizinkan warga untuk mengembala Kerbau di lahan yang ada di sebelah Timur Bendungan Batu Jai.” Ada lahan sekitar 20 Ha lebih milik BWS. Lahan itu kita akan usulkan ke BWS memlalu Pak Bupati sebagai lokasi Gembala Kerbau, dari pada lahan itu mangrak dan tidak di manfaatkan,” pintanya.
Bila diizinkan kata Dikdaya, di lokasi lahan milik BWS itu nantinya bisa di jadikan lokasi Wisata Gembala Kerbau dan Pertanian.
Selain bisa melihat secara langsung aktivitas Gembala Kerbau, di lokasi itu wisatawan juga bisa melihat aktivitas Pertanian tradisional. Seperti Nenggale menggunakan kekuatan tenaga Kerbau, Matak atau Merampek.” Kalau di izinkan, lokasi itu akan kami jadikan Kampung Ternak, Pertanian dan sebagai lokasi wisata. Di lokasi itu wisatawan bisa melihat secara langsung aktivitas Gembala, Ngaro, Matak dan Merampek,” pungkasnya. (slnews.com – rul).
Tinggalkan Balasan