SHOPPING CART

close

Investor Terisolir di Lombok Tengah, Mengeluh Punya Tanah Tak Bisa Membangun

Investor Lokal di Lombok Tengah Terisolir
Lalu Badarudin berdiri di depan lahannya yang terhalang tembok yang dibangun oleh Along di Kawasan Pantai Are Guling, Desa Tumpak, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, NTB, Senin, (28/11/2022).

LOMBOK TENGAH | Selain investor asal Korea, PT. The One Partners (PT TOP), yang merupakan anak perusahaan dari TheVoo Architect & Engineers Group. Salah seorang Investor lokal yang memiliki lahan seluas 50 are di kawasan Pantai Are Guling, Desa Tumpak, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) yakni Lalu Badarudin juga terkena dampak penutupan jalan dengan cara di tembok oleh pemilik lahan yang juga investor Sugiarta alias Along.

Jalan yang ditutup dengan cara di tembok permanen oleh Along itu merupakan jalan umum yang dikerjakan oleh masyarakat melalui program padat karya pada tahun 1999 dan kembali dibangun oleh Pemkab Lombok Tengah untuk menunjang pembangunan pariwisata di kawasan Pantai Are Guling pada tahun 2015 lalu. “Saat rapat dengan BPD dan semua tokoh masyarakat, Kepala Desa Pengembur, dan Desa Persiapan Tumpak saat itu H. Lalu Arabiah (Almarhum) menceritakan bahwa sebelum Desa Tumpak ada, jalan ini sudah ada dan dikerjakan oleh masyarakat melalui program padat karya, sistem pembayarannya waktu itu masyarakat dikasih beras dikerjakan sampai Pantai. Dan status jalan ini juga sudah ada surat – suratnya, sudah menjadi aset pemerintah dan menjadi fasilitas umum,” cerita Lalu Badarudin usai menghadiri kegiatan Kajian Lapangan Pemkab Lombok Tengah terkait dengan persoalan penutupan jalan oleh Along yang dipimpin oleh Wakil Bupati Lombok Tengah, Dr. HM Nursiah di lokasi jalan yang di tembok di kawasan Pantai Are Guling, Desa Tumpak, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Senin, (28/11/2022).

Setelah mendengar pernyataan dari Kepala Desa Pengembur waktu itu, kata Lalu Badarudin, Investor asal Amerika berani berinvestasi di kawasan Pantai Are Guling. “ Karena sudah ada kejelasan soal fasilitas jalan, Investor  berani membangun, dan Kades Pengembur saat itu membuat bahwa jalan ini milik desa, milik umum, milik masyarakat,” katanya

Mantan Kades Kute itu berharap kepada Pemkab Lombok Tengah dan ATR/BPN Lombok Tengah untuk bersikap tegas dan berlaku adil kepada masyarakat dan tidak memihak kepada investor yang hanya menguasai lahan, namun tidak kunjung membangun. “Harapan saya selaku investor Lokal, mohon kebijakan kepada pemerintah, pak Bupati maupun kepada BPN jangan hanya memihak kepada satu investor  saja yang membangunnya tidak jelas kapan, seperti Along ini dari tahun 80 janji – janji saja mau membangun, dan hannya tembok pembatas lahan saja yang dia bangun, dan sekarang tembok ini bermasalah dengan masyarakat,” pinta Lalu Badarudin

Lalu Badarudin menceritakan, saat dirinya membeli lahan seluas 50 are, dalam sertifikat hak milik (SHM) tercantum batas – batas lahan dengan fasilitas umum. “Saat kami membeli tanah ini dalam sertifikat sudah ada batas timur yakni jalan, sehingga kami berani membeli, kok kenapa sekarang jalan di tembok. Kami akan membangun dan kami sedang menunggu PT TOP membangun, biar samaan bangun Villa dan Hotel. Tetapi sekarang ini, jangankan membangun, mau masuk ke dalam lahan saya sendiri saja susah, harus naik tembok pakai tangga. Untuk itu mohon kepada Pemkab Lombok Tengah untuk bersikap tegas, jangan hanya berani tegas kepada masyarakat kecil saja,” keluhnya

Lalu Badarudin menegaskan, sikap dirinya sama dengan masyarakat Desa Tumpak yang menolak solusi pembukaan jalan alternatif yang ditawarkan oleh Along dkk. “Ada opsi jalan alternatif, menurut saya kurang tepat karena jalan ini bukan hanya untuk investor saja, melainkan untuk masyarakat umum menuju pantai, jalan untuk beraktivitas sehari – hari, menangkap ikan ke pantai, jadi wajar masyarakat teriak – teriak memohon jalan ini dibuka,” ujarnya.

Sebelumnya, Along didampingi Lalu Atmaja menjelaskan, jalan yang dibangun menuju PT TOP masuk kedalam SHM atas nama Iskandar. Dan pihaknya telah memberikan solusi untuk membuka jalan alternatif lain dan telah menyiapkan lahan untuk pembangunan jalan alternatif seluas 8 are lebih termasuk telah menyiapkan alat berat. Pihaknya juga menegaskan sudah memiliki masterplan.

Along dan Lalu Atmaja berdalih, pembangunan tidak kunjung terlaksana, karena banyak masalah yang dihadapinya di lapangan. “ Hasil rekonstruksi bersama BPN, jalan berada ditengah – tengah lahan kami. Kok hebat sekali tanah kami dibelah untuk menuju Investor lain. Dan pembangunan sudah ada masterplan, kenapa kami belum membangun, karena masih ada masalah, sudah 10 miliar kami keluarkan menyelesaikan lahan. Kalau mau membangun villa bisa pakai Engkel akut semen, tetapi kalau mau bangun hotel besar lantai 5 harus pakai kendaraan besar, ini nilainya triliunan,” sebut Lalu Atmaja. [slnews – rul]

Tags:

0 thoughts on “Investor Terisolir di Lombok Tengah, Mengeluh Punya Tanah Tak Bisa Membangun

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

KATEGORI

November 2022
M S S R K J S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
27282930  

STATISTIK