Pertunjukan Teater Wayang Karya Tiga Dosen ISI Denpasar di Taman Budaya NTB Angkat Keberhasilan Garuda Memperoleh Air Kehidupan Abadi
SUARALOMBOKNEWS | Pertunjukan Teater Wayang berbasis seni pedalangan “Garuda Mahawira” digelar di Taman Budaya Nusa Tenggara Barat (NTB) di Kota Mataram, pada Jumat, (30/8/2024).
Pertujukan Teater Wayang “Garuda Mahawira” diciptakan sebagai hasil dari Penelitian yang didiseminasikan dalam program Penelitian Penciptaan Diseminasi Seni Desain (P2DSD), Institut Seni Indonesia Denpasar tahun 2024.
Diseminasi hasil penelitian ini dilakukan oleh 3 orang Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang dipimpin I Bagus Wijna Bratanatyam, S.Sn., M.Sn selaku Ketua Peneliti atau Sutradara. Ni Putu Hartini, S.Sn., M.Sn, selaku Anggota atau Komposer dan I Dewa Ketut Wicaksandita, S.Sn., M.Sn, selaku Anggota atau Stage Manager, serta di dukung oleh 2 orang mahasiswa Ni Kadek Candra Prametya dan I Komang Wahyu Widiyantara.
Pertunjukan Teater Wayang “Garuda Mahawira” dimulai pada pukul 19:00 Wita, dengan disaksikan penonton yang berasal dari kalangan umum serta undangan dari mahasiswa setempat.
Pertunjukan Teater Wayang “Garuda Mahawira” menyoroti pentingnya nilai-nilai Estetika Seni Pertunjukan Wayang Tradisi yang dikolaborasikan dengan Gaya Teatrikal dengan inovasi penggunaan pencahayaan modern, dimana tema yang diangkat di dalam karya adalah mengenai keteguhan jiwa, semangat, perjuangan dan rasa bakti yang terkandung di dalam kitab Adi Parwa dengan mengangkat kisah Keberhasilan Garuda memperoleh air kehidupan abadi.
Nilai-nilai ini diharapkan dapat menginspirasi dan membangkitkan rasa nasionalisme terhadap bangsa Indonesia dalam balutan identitas budaya Bangsa yang kaya dan beragam.
Karya ini lahir dari penelitian seni yang mendalam tentang nilai-nilai kebudayan serta mitologi Garuda yang agung sebagai simbol Nusantara di mana Garuda, sosok mitologis yang sangat erat dengan kebudayaan Nusantara, diekspresikan sebagai ide kekaryaan seni pertunjukan dengan berbasis pada sastra Adi Parwa. Dalam pertunjukan wayang kulit, kisah Garuda diambil dari Epos Mahabharata, khususnya dalam kitab Adi Parwa, yang menggambarkan keteladanan Garuda sebagai Pahlawan yang menjaga keseimbangan Jagat Raya.
Pada awal pertunjukan ditampilkan seorang anak kecil lucu yang tampak kebingungan mencari kakeknya, seketika ia memanggil-manggil sang kakek ingin bertemu. Tak lama sang kakek pun datang dengan membawa dua buah wayang yaitu Garuda dan Naga. Sontak sang cucu bertanya, wayang apa gerangan yang dibawa oleh sang kakek. Merasa gembira dengan pertanyaan sang cucu, kakek dengan sigap memperkenalkan wayang tersebut melalui pertunjukan wayang. Tak disangka, si Cucu pun sangat tertarik dan dengan antusias mengikuti sang kakek. Dengan singkat sang kakek mengisahkan sebuah cerita dengan Wayanganya.
Di dalam kisah singkat yang diiringi semaraknya musik iringan Gender Wayang, sang Kakek memperlihatkan adegan pertarungan antara Naga dan Garuda di hadapan sang cucu sembari mengisahkan prolog singkat dari kisah sang Garuda mencari air keabadian tersebut. Sang cucu pun kian tertarik dan ingin mengetahui lebih dalam kisah mengenai sang Garuda. Dilanjutkan lah cerita tersebut oleh si kakek melalui pertunjukan wayang yang digelarnya. Begitu semaraknya cerita sang kakek melalui wayang, sampai pada akhirnya diperlihatkan sang Garuda yang tampil menari di atas panggung dikisahkan atas ijin dari Dewa Wisnu telah berhasil memperoleh air kehidupan. Pada akhir adegan tampil kembali sang kakek bersama sang cucu yang tertarik melihat sosok Garuda dengan membawa tulisan Bhineka Tunggal Ika. Sang kakek pun dengan bangga menjelaskan pada sang cucu bahwa dibalik semboyan tersebut tersimpan makna dan nilai yang didasarkan atas bersatunya keberagaman dalam kebijaksanaan yang murni sebagai identitas dari Bangsa Indonesia.
Melalui pertunjukan ini, peneliti berharap masyarakat dapat merenungkan dan menginternalisasi nilai-nilai nasionalisme sebagai simbol Bangsa Indonesia.” Dan menjadi inspirasi masyarakat untuk menjadi manusia unggul yang berpegang pada nilai-nilai keutamaan yang penuh akan kebijaksanaan,” harap I Bagus Wijna Bratanatyam.
Adapun Sinopsis dari Kisah Garuda dalam Adi Parwa yang merupakan bagian penting dari mitologi dan simbolisme Nusantara. Dewi Kadru, yang melahirkan para naga, dan Dewi Winata, ibu dari Garuda yang perkasa, terlibat dalam sebuah taruhan yang berakhir dengan kekalahan Winata, menjadikannya budak Kadru. Untuk membebaskan ibunya, Garuda dihadapkan pada tantangan yang tampaknya mustahil: mendapatkan Amerta (air kehidupan) dari surga, yang dijaga ketat oleh para Dewa.
Dengan kekuatan dan keberanian yang luar biasa, Garuda berhasil merebut Amerta tanpa meminumnya, meski ia tahu bahwa cairan ini bisa memberinya keabadian. Setelah menyerahkan Amerta kepada para naga dan membebaskan ibunya, Dewa Indra segera mengambil kembali Amerta sebelum naga-naga tersebut sempat meminumnya. Meskipun demikian, Garuda tetap menepati janjinya dan mengakhiri perbudakan Winata. Kisah ini tidak hanya menggambarkan keteladanan Garuda dalam kesetiaan dan pengorbanan, tetapi juga menandai awal dari permusuhan abadi antara Garuda dan para naga, yang terus berlanjut sepanjang mitologi Nusantara. [slNews – RUL]
Tinggalkan Balasan