Jelang MotoGP 2023 di Sirkuit Mandalika, Pemilik Tanah Rela Dibunuh Daripada Tanahnya Diambil ITDC
LOMBOK TENGAH | Menjelang pelaksanaan Pertamina Grand Prix of Indonesia (Indonesian GP) 2023 akan berlangsung pada tanggal, 13 – 15 Oktober 2023 di Pertamina Mandalika International Circuit, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) The Mandalika di Desa Kute, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), persoalan tanah antara warga dengan PT ITDC selaku pengembang KEK The Mandalika kembali memanas.
Warga yang mengklaim tanahnya belum dibayar atau dibebaskan oleh PT ITDC masih bertahan di atas lahannya mereka masing – masing yang ada di areal Sirkuit Internasional Mandalika.
Bahkan, sejumlah pemilik lahan memasang spanduk di atas lahan mereka yang bertuliskan “Tanah kami belum dibayar. Bayar…!!! Tanah Kami, Hormati Hak Kami” yang mengarah ke tribun Sirkuit Internasional Mandalika.
Pemasangan spanduk tersebut, sebagai salah satu cara warga melakukan protes terhadap sikap PT ITDC yang tidak kunjung membayar tanah mereka dan sebagai cara warga untuk mencari keadilan.
Selain itu, melalui pemasangan spanduk, harapan warga, persoalan tanah di Sirkuit Internasional Mandalika dilihat dan diketahui oleh masyarakat Nasional maupun masyarakat Internasional yang datang menonton motoGP.
Spanduk yang bertuliskan “Tanah kami belum dibayar. Bayar…!!! Tanah Kami, Hormati Hak Kami” tertancap di atas tanah milik Lalu Moh Syukri yang ada di wilayah Pongos, Desa Sengkol, di tanah milik Amaq Bengkok dan Sibawai di Dusun Ebunut, Desa Kute, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. “ Setiap ada Event di Sirkuit Mandalika, kami hanya dijanji – janjikan saja, tanah kami akan diselesaikan setelah event selesai. Tapi faktanya, bohong semua, tanah kami tidak kunjung dibayar sampai dengan saat ini. Kami memasang spanduk di atas tanah kami sendiri, biar masyarakat Internasional tahu persoalan yang ada di Sirkuit Mandalika,” kata pemilik tanah, Lalu Moh Syukri, Jumat, (6/10/2023).
Lalu Syukri mengaku, beberapa kali spanduk yang bertuliskan “Tanah kami belum dibayar. Bayar…!!! Tanah Kami, Hormati Hak Kami” yang dia pasangan bersama dengan sejumlah warga pemilik lahan hilang. “ Biar tidak hilang lagi, sekarang spanduk kami jaga siang malam. Kami memasang spanduk di atas lahan kami sendiri, jadi tolong hargai hak – hak kami, bayar lahan kami,” ucapnya
Lalu Syukri menegaskan, tidak ada satupun warga pemilik lahan yang akan melakukan penghadangan ataupun melakukan aksi demo saat event motoGP berlangsung. “ Kami sangat mendukung motoGP dan event ini adalah kebanggaan kami. Jadi kalau ada informasi akan ada penghadangan dan demo, saya pastikan itu informasi bohong. Pemilik lahan hanya memasang spanduk dan melakukan aktivitas sehari – hari di atas lahan kami sendiri, dan sekali lagi saya tegaskan, kami sangat mendukung event motoGP maupun event – event lain di Mandalika,” tegasnya
“Kami minta ITDC jangan permainkan dan membohongi kami. Kami sudah lelah di janji – janjikan, bayar tanah kami dan hormati hak kami,” pinta Lalu Syukri
Di lokasi berbeda, Amaq Bengkok selaku pemilik tanah dengan menggunakan bahasa sasak mengecam semua bentuk tindakan PT ITDC yang sampai dengan saat ini belum membayar tanah miliknya.
Sembari meneteskan air mata dihadapan sejumlah petugas keamanan PT ITDC dan personil kepolisian Polres Lombok Tengah, Amaq Bengkok mengaku lebih baik dibunuh dan dimakamkan di lahan miliknya dari pada lahannya diambil oleh PT ITDC. “ Apa maksud kalian, kenapa seperti ini cara kalian (ITDC), tanah saya belum kalian bayar, bayar tanah saya. Lebih baik kalian bunuh saya sekarang atau kapan saja, biar saya bisa telpon anak – anak saya untuk datang memakamkan saya di sini (di lahan miliknya),” kesalnya.
Sampai dengan saat ini, spanduk bertulisan “Tanah kami belum dibayar. Bayar…!!! Tanah Kami, Hormati Hak Kami” masih tertancap di atas lahan milik Lalu Muh Syukri, Amaq Bengkok dan Sibawai. [slnews – rul].
Tinggalkan Balasan