Indonesia Terletak di Lintasan Ring Of Fire, Menteri Tito Minta Camat Segera Bentuk Kencana
JAKARTA | Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak wilayah dengan resiko tinggi terhadap bencana alam. Hal ini diungkapkan Mendagri dalam Kick Off Meeting Program Penguatan Pemerintahan dan Pembangunan Desa (P3PD) PIU 1D Frontline Service Delivery, Rakernas Camat dalam Mendukung Pelaksanaan Tahapan Pemilu-Pilkada 2024, dan Launching Gerakan Kecamatan Tangguh Bencana (Kencana) Tahun 2023 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Jumat (23/6/2023). “Indonesia terletak pada lintasan ring of fire karena gunung api dan patahan yang membuat kita rentan terhadap bencana, mulai dari gempa bumi, letusan (gunung berapi), tsunami, longsor, hidrometeorologi,” kata Muhammad Tito Karnavian.
Mengingat adanya potensi bencana di setiap daerah, Mendagri meminta camat untuk membentuk Kecamatan Tangguh Bencana (Kencana). Melalui program Kencana, Mendagri meminta para camat melakukan pencegahan dini terhadap potensi bencana di wilayah masing-masing. “Rekan-rekan camat sebagai garis depan dan juga pimpinan Forkopimcam, bersama-bersama dengan Kapolsek, Danramil, melakukan langkah proaktif, melakukan identifikasi potensi konflik sosial yang ada, potensi bencana alam yang ada di daerah itu, dan melakukan langkah semaksimal mungkin untuk bisa mencegahnya, sedini mungkin,” pinta Tito.
Dalam konteks bencana Indonesia, menurut Mendagri ada dua hal yang harus dibedakan, yakni bencana alam dan non alam. Bencana alam itu seperti banjir, kebakaran lahan hutan, dan tanah longsor. Sedangkan bencana non alam adalah wabah penyakit seperti Covid-19 yang merusak sistem kesehatan manusia.
Untuk itulah, Mendagri mengimbau para camat dapat memetakan jenis bencana agar dapat melakukan upaya pencegahan dengan cepat, sehingga tidak banyak memakan korban jiwa. “Belajar dari pengalaman Jepang misalnya, menyosialisasikan tentang tata cara pencegahan, membangun rumah tahan gempa dari material-material yang ada di daerah itu, local wisdom, dari bambu misalnya, di Jepang dari kayu, itu akan mengurangi risiko bencana,” tegas Tito.
Dalam hal ini Mendagri mencontohkan masalah bencana gempa yang terjadi beberapa waktu lalu di Garut, Jawa Barat. Dirinya berpendapat banyak rumah di wilayah tersebut yang dibangun tidak sesuai dengan konstruksi. Akibatnya, ketika gempa terjadi, banyak rumah hancur dan memakan banyak korban jiwa. “Kemarin pada waktu di Garut ada bencana, saya datang kesana, yang gempa, itu yang banyak hancur adalah rumah yang dari batu bata yang tanpa tulang, itu rontok, sehingga satu sekolah ada yang korbannya banyak sekali, karena dibangun tidak benar,” tegas Tito.
Belajar dari kasus tersebut, Mendagri berharap ke depan camat dapat memberikan sosialisasi dan pengetahuan terkait dengan bangunan rumah tahan gempa. Dengan demikian, peristiwa bencana alam tidak memakan banyak korban jiwa. “Camat bisa memberikan sosialisasi dari awal untuk mengajak masyarakat menggunakan material yang tahan gempa misalnya, termasuk kebakaran hutan dan lahan, kalau teman-teman kepala desa, camat bekerja dengan lebih proaktif, kebakaran hutan lahan sebetulnya bisa diatasi,” ujar Tito Karnavian. [slnews – sl]
Tinggalkan Balasan