Agar Tak Jadi Fitnah, Tim Visitasi Turun Langsung Ke Rumah Tahfidz Calon Penerima Beasiswa Kedokteran
LOMBOK TENGAH | Tim dari Pengurus Yayasan Peduli Yatim, Piatu dan Dhuafa Tersenyum, Kabupaten Lombok Tengah dan dari unsur Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), melakukan visitasi dengan turun langsung ke rumah para calon penerima program beasiswa untuk Hafiz dan Hafizah Al-Quran, terutama bagi yatim yang akan kuliah di fakultas kedokteran di perguruan tinggi di Provinsi NTB, Senin, (17/4/2023).
Turunnya tim ini untuk memastikan 19 peserta yang sebelumnya lulus seleksi administrasi, masuk kriteria sebagai penerima beasiswa dari golongan tidak mampu.
Saat turun ke lapangan, tim secara rinci menanyakan dan melihat kondisi perekonomian keluarga calon penerima. Bahkan berbagai aitem pertanyaan sudah di siapkan untuk memastikan seleksi ini bisa berjalan dengan profesional.
Visitasi hari pertama, tim mendatangi dua rumah peserta yakni rumah Baiq Nur Latifatuzzahrah warga Desa Pengembur Kecamatan Pujut yang merupakan tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) Ibrahimy Sukorejo Situbondo Jawa Timur. Setelah itu, tim juga mengecek rumah Baiq Ismi Solihatin Rengganis di Desa Monggas Kecamatan Kopang yang merupakan alumni Nurul Hakim.
Ketua Yayasan Peduli Yatim, Piatu dan Dhuafa Tersenyum Lombok Tengah yang juga Sekretaris Daerah (Sekda) Lombok Tengah, Lalu Firman Wijaya menyampaikan, turunnya tim visitasi ini sebagai tindak lanjut rencana yayasan memberikan beasiswa bagi para tahfidz Al-Qur’an dan yang sekolah di Jurusan IPA. Para peserta yang didatangi ini sebelumnya dinyatakan lulus seleksi administrasi. “Sebelumnya sudah dilakukan seleksi administrasi dan dinyatakan lulus, kemudian diuji pengetahuan para peserta tentang Tahfidz Al-Qur’an dan kemudian saat ini kita melakukan kunjungan untuk memastikan bahwa tujuan beasiswa terpenuhi sesuai dengan syarat yang berlaku,” katanya
Mantan Kepala Dinas PUPR Lombok Tengah itu menegaskan, untuk bisa mendapatkan beasiswa ini, ada banyak kriteria, bahkan penilaian mengacu dengan keputusan Menteri Sosial (Mensos) terkait dengan kriteria miskin yakni yang dinilai tidak mampu secara materi untuk kuliah. Terlebih tidak bisa dinafikan untuk biaya kuliah di Kedokteran ini cukup tinggi, maka seleksi ini sangat penting agar kedepan program beasiswa ini tepat sasaran. “Biaya di kedokteran cukup tinggi dan ini bagian dari pertanggungjawaban kami dari tim asesor karena yang dikelola ini dana dari masyarakat. Maka penting untuk diseleksi dengan ketat dan ada standar yang kita jadikan acuan dan ini kita petik dari undang-undang juga. Jadi semua aspek harus kita nilai agar tidak menjadi fitnah di kemudian hari,”tegas Lalu Firman.
Saat melakukan visitasi, tim dengan detail menanyakan pekerjaan orang tua, melihat kondisi rumah hingga penghasilan dari keluarga yang akan menerima. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa yang menerima beasiswa ini adalah orang yang memang kategori miskin. “19 peserta ini kita datangi rumahnya satu persatu untuk melakukan penilaian untuk bisa mendapatkan 10 orang untuk kita kuliahkan di kedokteran,” ujar Lalu Firman. [slnews – rul]
Tinggalkan Balasan