Menjelang Vaksinasi Covid – 19, Siapkah Kita?
Menjelang Vaksinasi Covid – 19, Siapkah Kita?
oleh :
Dr. Mamang Bagiansah, SpPD
Ketua IDI Cabang Lombok Tengah
Virus corona muncul begitu tiba-tiba. Banyak yang belum siap menerima kenyataan telah muncul makhluk baru yang begitu cepat menyebar dan mematikan ini. Pemikiran tentang adanya konspirasi dibalik munculnya strain virus SARS baru ini pun bermunculan. Tapi apapun cerita di balik kemunculan virus ini, setelah 1 tahun lebih kita berperang melawannya, suka tidak suka, mau tidak mau, kita harus menerima betapa banyak sendi kehidupan yang diporak- porandakannya. Pandemi covid-19 telah melanda dunia. Korban jiwa
berjatuhan. Dimensi sosial mengalami banyak distorsi. Ekonomi pun terdampak begitu parah.
Oleh karena itu, kita harus terus berupaya memaksimalkan ikhtiar sehingga peluang kemenangan menjadi semakin besar. Termasuk melalui program imunisasi covid-19 yang sudah di depan mata.
Mengapa imunisasi?
Pertama, sampai dengan hari ini, belum ada satupun modalitas terapi yang benar-benar diyakini 100 persen mampu mengobati covid-19.
Banyak sekali yang diuji cobakan, seperti antibiotik, antimalaria, antivirus, anti-badai inflamasi, berbagai obat-obatan modulator kekebalan tubuh, hingga teknologi sel punca. Namun hasilnya masih belum seragam, ada yang sembuh, ada juga yang tetap meninggal.
Kedua, semua sepakat bahwa antibodi atau kekebalan tubuh yang baguslah yang paling pas sebagai tempat kita bergantung, karena inilah mekanisme tubuh paling alami ketika ada antigen (musuh) menginfeksi.
Sistem kekebalan tubuh manusia secara garis besar ada dua kelompok, yaitu sistem kekebalan innate (bawaan), dan sistem kekebalan adaptif (didapat).
Sistem imunitas bawaan merupakan sekelompok sistem pertahanan yang kita bawa sejak lahir, antara lain berupa tameng fisik seperti kulit, mukosa dan silia, kemudian ada yang berbentuk zat kimiawi seperti pH atau keasaman lambung, enzim seperti lisozim, dan ada juga yang berbentuk sel-sel seperti neutrophil, makrofag, dan sebagainya. Sistem ini adalah lini pertahanan pertama terhadap berbagai patogen (agen yang berbahaya bagi tubuh). Responsnya
terbentuk cepat dan tidak spesifik, artinya apapun bentuk patogennya, responnya selalu sama. Pajanan (exposure) berulang juga tidak akan meningkatkan responsnya. Istilahnya ya segitu-segitu aja.
Yang kedua, sistem imun adaptif adalah reaksi pertahanan tubuh yang muncul disesuaikan/diadaptasikan terhadap karakteristik antigen. Biasanya muncul apabila tameng pertahanan bawaan berhasil ditembus. Memang respons terbentuk lebih lambat (memerlukan waktu untuk beradaptasi terhadap antigen), namun bersifat spesifik terhadap antigen. Jika yang menyerang adalah virus hepatitis maka sistem imun adaptif ini akan membentuk antibodi
terhadap virus hepatitis, jika yang masuk adalah virus corona maka akan dibentuk antibody terhdap virus corona, demikian seterusnya.
Pajanan awal akan membentuk sel memori, sehingga pajanan berikutnya dengan antigen yang sama menghasilkan respons yang lebih cepat dan lebih kuat. Terbentuknya imunitas adaptif yang kuat inilah yang akan menjadi benteng kuat kita selanjutnya sehingga kita dapat terhindar dari penularan virus atau kalaupun tertular maka gejalanya tidak menjadi berat.
Jika kita analogikan, sistem imun bawaan adalah peleton tentara garis depan yang menjaga wilayah dengan cara dan kekuatan yang sama, apapun bentuk musuhnya, sedangkan sistem imun adaptif adalah pasukan khusus yang dibentuk dan diterjunkan untuk melawan musuh yang lebih spesifik, yang tentu saja akan menggunakan strategi dan kekuatan yang lebih khusus tergantung
musuh yang dihadapi.
Mekanisme terbentuknya antibodi ada dua, pertama secara alamiah yaitu melalui paparan langsung antigen (artinya tertular suatu patogen), dan kedua secara buatan (vaksinasi atau transfer antibody spesifik). Pilih mana?
Rasa-rasanya tidak ada seorangpun yang rela membiarkan dirinya terinfeksi suatu patogen hanya untuk niat memperoleh antibody, karena kita tidak pernah tahu tubuh kita akan merespon seperti apa.
Jangan-jangan justru kalah dan meninggal. Inilah kelemahan dari mekanisme alamiah, sangat-sangat tergantung kekuatan dasar sistem kekebalan tubuh kita. Paten atau tidak.
Sedangkan dengan vaksinasi, antigen yang dengan sengaja disuntikkan adalah antigen yang telah dilemahkan terlebih dahulu atau inaktif, sehingga daya rusaknya telah diturunkan secara terukur dan ketat.
Tujuan vaksinasi covid-19.
Sama seperti pertanyaan sebelumnya, untuk memperoleh kekebalan terhadap virus Sars-CoV-2 apakah kita akan memilih skenario membiarkan masyarakat terpapar seluruhnya secara alamiah, atau melalui vaksinasi? Di awal-awal pandemi banyak diskusi tentang hal ini. Tujuannya sama yaitu agar tercapai herd-immunity atau kekebalan kelompok. Herd-immunity menjadi sangat penting dalam suatu pandemi karena dengan mekanisme inilah penularan virus dapat ditekan luar biasa. Ilustrasinya seperti pada gambar di bawah
ini.
Jika di suatu komunitas tidak ada yang memiliki imunitas, maka sumber penularan akan dengan mudah menularkan kepada orang lain, hingga seluruh populasi akhirnya akan tertular. Angka kesakitan akan tinggi dan pasti berjalan lurus dengan peningkatan angka kematian yang tinggi pula.
Jika ada sebagian kecil yang memilki kekebalan, maka penularan tetap akan menjangkau sebagian besar populasi. Hanya yang kebal saja yang tetap sehat.
Akhirnya jika sebagian besar memiliki kekebalan (minimal 80%), maka akan tercapai kekebalan kelompok, dimana orang-orang yang tertular tidak akan menularkan kepada orang lain.
Pemerintah telah berhitung, untuk mencapai kekebalan kelompok (herd-immunity), paling kurang 180 juta penduduk Indonesia harus mendapat vaksin covid-19.
Amankah vaksin Covid?
Banyak yang masih bertanya, termasuk tenaga kesehatan, amankah vaksin covid-19? Setelah memilah berbagai informasi baik dari sumber resmi pemerintah maupun badan kesehatan dunia, dapat disimpulkan bahwa sebelum sebuah vaksin disuntikkan pada otot lengan atas kita, maka vaksin tersebut diyakini telah aman dan fektif. Keyakinan tersebut didapatkan dari sedemikian ketatnya pengawasan WHO terhadap standar-standar pembuatan vaksin serta rentetan uji klinis yang harus dilalui hingga mendapat persetujuan penggunaannya. Sejauh ini terdapat 146 vaksin yang sedang dikembangkan, dan baru 36 vaksin yang sedang menjalani uji klinis.
Di Indonesia ada 7 perusahan farmasi yang diambil sebagai produsen vaksin. MUI telah mengeluarkan sertifikat halal. BPPOM masih memproses ijin edar. Uji klinis yang dilakukan memang sedikit terkesan terburu-buru, biasanya uji klinis suatu produk farmasi bisa memakan waktu 5-7 tahun sampai boleh beredar, sedangkan vaksin covid hanya berlangsung sekitar 1,5 tahun, mungkin karena dampak pandemi yang terlampau hebat sehingga muncul pertimbangan kedaruratan.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, seluruh organisasi perhimpunan dokter, perawat dan sebagainya telah mengeluarkan rambu-rambu untuk diperhatikan pemerintah dalam pelaksanaan vaksinasi. Terakhir, para vaksinator pun telah dilatih berkali-kali tentang skrining sasaran vaksin. Muaranya satu yaitu agar setiap spuit berisi vaksin, baru benar-benar akan disuntikkan kepada kita, setelah sempurna keyakinan bahwa vaksin tersebut aman dan efektif.
Prinsip-prinsip pelaksanaan vaksinasi covid-19 di Indonesia ditampilkan dala diagram berikut :
Bagaimana, siap ya mendapat vaksin?
Berikut yang perlu dipersiapkan oleh diri dan keluarga sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan vaksin:
1. Selektif memilih sumber informasi terpercaya
2. Menjaga stamina fisik
3. Berusaha memenuhi kelayakan mendapat vaksin, yakni dengan tetap mengupayakan terkontrolnya penyakit komorbid seperti
darah tinggi, kencing manis, dan sebagainya
4. Istirahat cukup dan konsumsi nutrisi seimbang, perbanyak sayur dan buah-buahan
5. Tetap melaksanakan protokol 3 M (menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak)
6. Saat pelaksanaan vaksinasi, jangan langsung pulang, tunggu perintah dari petugas baru meninggalkan tempat.
Hampir satu tahun kita porak-poranda akibat makhluk kecil ini. Tapi inilah salah satu sunnatullah yang harus kita hadapi, dengan keyakinan pasti ada hikmah besar dibalik kejadian. Bumi menjadi lebih dingin. Kita seolah telah diberi hadiah untuk menjadi lebih tangguh dalam menjaga diri dan keluarga agar selalu sehat.
Percayalah, kita pasti menang, karena di masa lalu sejarah telah membuktikan, kita telah banyak memenangkan pertempuran melawan pandemi.
Tinggalkan Balasan