KBLK Sebut Pro – Kontra Perubahan Nama Bandara Sengaja Dibesar – Besarkan
SUARALOMBOKNEWS.com – LOMBOK TENGAH | Melalui press release tertulis, Jumat, 8 Januari 2021, Ketua Keluarga Besar Lauk Kawat Bersatu ( KBLK ), Lalu Andi Sumantri menyebutkan, pro – kontra perubahan nama Bandara Internasional Lombok ( BIL ) di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat ( NTB ) menjadi nama Pahlawan Nasional, Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul ( ZAM ) sengaja dikembangkan dan di besar – besarkan oleh se kelompok orang yang membuat masyarakat Lombok umumnya dan khususnya masyarakat Lombok Tengah resah dan tidak nyaman. “Kami atas nama ketua dan pengurus KBLK, ingin meluruskan dan mengingatkan kepada kita semua, bahwa polemik yang sengaja di kembangkan dan di besar – besarkan oleh sebagian atau sekelompok orang yang membuat masyarakat Lombok umumnya dan Lombok Tengah bagian selatan khususnya di buat resah dan tidak aman dengan isu mengenai penamaan Bandar Udara yang berada di Kabupaten Lombok Tengah,” sebutnya.
Pria asal Desa Penujak, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah itu mengaku merasa prihatin terhadap polemik perubahan nama BIL menjadi BILZAM atau ZAMLIA, karena isu pro – kontra perubahan nama Bandara Internasional itu membawa – bawa nama dua organisasi besar yakni Nahdlatul Ulama ( NU ) dan Nahdlatul Wathan ( NW ). “Kami masyarakat Lombok Selatan sangat miris, walaupun isu perubahan nama bandara ini, tidak ada hubungannya sama sekali dengan kedua organisasi NU dan NW. Bagi kami, Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul ( Pahlawan Nasional ) seorang ulama karismatis yang sangat mulia, beliau ( Maulana Syaikh ) adalah guru kami,” ucap Lalu Andi
Lalu Andi juga menyebutkan, nama besar Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul telah dinodai oleh napsu sekelompok orang yang menggunakan nama Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul sebagai isu pro – kontra perubahan nama BIL menjadi BILZAM. “Yang sangat kami sayangkan, nama Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul ternoda oleh napsu sekelompok orang yang mempergunakan nama besar beliau ( Maulana Syaikh ) sebagai konsumsi publik ditengah – tengah pro – kontra perubahan nama Bandara,” sebutnya
Melalui press release tertulisnya, Lalu Andi juga menceritakan sejarah awal pembebasan lahan pembangunan BIL yang dimulai dari Berugak yang ada di Desa Penujak, Kecamatan Praya Barat. ” Sejarah telah mencatat, bagaimana proses pembangunan bandar udara yang ada di selatan Lombok Tengah ini. Proses pembebasan lahan yang telah mengorbankan lahan produktif milik masyarakat Lombok Selatan. Pembahasan lahan untuk bandara di mulai dari berugak tua ( reot ), tempat kami duduk sampai sekarang ini. Di sinilah ( Berugak reot ) waktu itu, 3 tokoh Lombok Tengah yang sekarang beliau ( 3 tokoh ) sudah Almarhum. Meskipun begitu, kami selaku masyarakat tidak pernah menunutut hal – hal yang aneh, begitu juga dengan 3 desa yang paling terkena imbas dari keberadaan bandara ini,” ceritanya
Untuk itu Lalu Andi meminta kepada semua pihak untuk menyudahi pro – kontra perubahan nama BIL menjadi BILZAM. “Cukup sudah membuat gaduh di tengah – tengah masyarakat, nama besar Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul tidak pantas dan tidak baik untuk kita perdebatkan. Dan kepada Pemprov NTB, kami minta agar sebelum melakukan sesuatu untuk berhati – hati, apa susahnya Pak Gubernur duduk dengan kami membahas semua yang terjadi ditengah – tengah masyarakat. Saya sangat yakin semua akan ada jakan keluar, kalau semua elemen masyarakat di libatkan,” pintanya
Sementara itu, tokoh adat dan budaya dari Desa Penujak, Kecamatan Praya Barat, Lombok Tengah, Lalu Hernan sangat menyayangkan terjadinya pro – kontra perubahan nama BIL menjadi BILZAM.
Menurut pria yang akrab disapa Miq Ari itu, selama tidak melanggar adat dan budaya, pro – kontra perubahan nama BIL menjadi BILZAM tidak akan terjadi. “Selama adat dan budaya itu tidak di langgar, maka kami rasa tidak ada ruang perdebatan dan perselisihan di tengah masyarakat, kami masyarakat Lombok Tengah, khususnya masyarakat lombok selatan masih sangat menjunjung tinggi adat dan budaya. Kami saling menghargai, menghormati. Ada kegiatan sekecilpun, kami harus matur pewikan/memberitahu antar masyarakat, apalagi hal – hal yang sipatnya besar/luas ini ( perubahan nama bandara ) yang sangat kami sayangkan, Pemerintah, baik Pemprov mupun Kabupaten, seakan – akan alergi bertemu dengan masyarakatnnya,” ungkapanya
Dengan duduk bersama masyarakat, lanjut Miq Ari, Pemerintah bisa mengetahui secara langsung persoalan yang tengah dihadapi oleh masyarakat, salah satunya persoalan penyelesaian sengketa lahan antara warga dengan PT. ITDC di Kawasan Ekonomi Khusus ( KEK ) The Mandalika di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah yang tak kunjung tuntas dan masih ada warga yang merasa tidak mendapatkan keadilan dan merasa dirugikan. “Kami masyarakat Lombok Tengah sangat terbuka dan banyak hal yang harus kita bahas bersama. Contoh di wilayah Kute dengan KEK Mandalika dan pembangunan sirkuit motoGP yang sampai sekarang masih banyak masalah, terutama pembebasan lahannya, itu semua karena pihak ITDC seakan – akan lepas tangan, dan seolah – olah tidak mau berkomunikasi dengan masyarakat. Apa mungkin ini semua, karena pihak ITDC tidak paham dengan karakter masyarakat, atau karena komisarisnya dari Luar Lombok Tengah, untuk itu mari kita duduk bersama,” pungkasnya. [ slnews – rul ]
Tinggalkan Balasan