SHOPPING CART

close

Tokoh Adat dan Budaya Sayangkan Nyale Ditangkap Sebelum Waktunya

Bau Nyale 2025
Tokoh Adat dan Budaya Desa Kute, Abdul Mutalib

SUARALOMBOKNEWS | Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), bersama tokoh agama, masyarakat dan tokoh adat serta budaya telah menentukan hari Bau Nyale atau menangkap cacing laut yang menjadi tradisi dan budaya masyarakat Sasak Lombok melalui Sangkep Warige atau rapat penentuan hari Bau Nyale jatuh pada Tanggal, 18 – 19 Februari 2025.

Namun, pada Minggu pagi, (16/2/2025), masyarakat sudah mulai menangkap Nyale di sepanjang Pantai Selatan Lombok Tengah.

Nyale yang ditangkap masyarakat pada Minggu pagi itu pun sangat banyak, dan diperkirakan pada Tanggal 18 – 19 Februari 2025, Nyale yang muncul dan seluar di sepanjang Pantai Selatan Lombok Tengah, khususnya di kawasan Pantai Seger di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) The Mandalika di Desa Kute, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah yang menjadi tempat sakral dan sentral perayaan Bau Nyale 2025 jumlahnya sangat sedikit, bahkan bisa jadi tidak ada Nyale yang muncul.”Mudah – mudahan ada Nyale di tanggal 18-19, kalaupun ada jumlahnya sedikit, karena sudah habis ditangkap sebelum waktunya,”ucap salah seorang tokoh Adat dan Budaya yang juga Kepala Dusun (Kadus) Ujung Lauk, Desa Kute, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Abdul Mutalib, Minggu, (16/2/2025).

Menurut Abdul, penentuan hari Bau Nyale 2025 oleh Pemkab Lombok Tengah sudah tepat, hanya saja, sikap masyarakat yang tidak sabaran menunggu waktu yang tepat untuk menangkap Nyale yang oleh masyarakat Sasak diyakini sebagai jelmaan dari Putri Mandalika.” Penentuan hari Bau Nyale oleh Pemerintah itu sudah tepat, hanya saja masyarakat terlalu bangga menangkap Nyale yang banyak, padahal Nyale itu belum waktunya ditangkap. Sama artinya saat bulan Ramadhan, belum adzan sudah berbuka puasa. Contohnya lagi, Padi, meskipun warnanya sudah menguning, tapi belum tentu sudah waktunya dipanen. Lihat saja Nyale yang ditangkap tadi (Minggu, 16/2), kurus, berlendir dan warnanya kurang dan meskipun banyak yang ditangkap tadi itu Nyale Mengkedek (Nyale yang sedang bermain),”ungkapnya.

Abdul menceritakan, dalam Legenda Putri Mandalika, sudah sangat jelas alur ceritanya yang pada intinya, saat menceburkan diri ke Pantai Laut Selatan untuk menghindari perpecahan antar kerajaan dan pertumpahan darah, Putri Mandalika berpesan kepada Rakyatnya untuk mencarinya pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak dan akan muncul menjelma menjadi Nyale.” Untuk itu, mari kita kembali ke ajaran yang ditinggalkan oleh orang tua kita dulu. Tangkaplahnya sesuai dengan waktunya. Dan masalah Nyale ini, dari bulan sembilan atau dua bulan sebelumnya sudah ada yang muncul dan itu dinamakan Nyale Mengkedek. Untuk itu, kalau belum waktunya ditangkap, jangan ditangkap, sehingga semua masyarakat dari dalam dan luar negeri bisa melihat tradisi dan budaya kita ini dan bisa menangkap Nyale,”harapnya

Abdul juga berharap kepada Pemkab Lombok Tengah untuk melaksanakan Sangkep Warige penentuan Bau Nyale di Pantai Seger dengan melibatkan seluruh tokoh Agama, Masyarakat, Adat dan Budaya.”Sangkep Warige merupakan bagian yang sangat penting dalam kegiatan Adat dan Budaya Bau Nyale ini. Untuk itu, laksanakanlah Sangkep Wartige di Pantai Seger, karena di Pantai Seger lah pusat dan tempat sakral Nyale ini, dengan melibatkan seluruh tokoh. Jangan mengundang hanya perwakilan tokoh saja dan yang berdasi saja. Dan kalau dilaksanakan di Pantai Seger, masyarakat dan wisatawan bisa melihat dan mengetahui Adat dan Budaya yang ditinggalkan nenek moyang kita ini (Bau Nyale),” pungkasnya. [SLNews – rul].

Tags:

0 thoughts on “Tokoh Adat dan Budaya Sayangkan Nyale Ditangkap Sebelum Waktunya

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

KATEGORI

Februari 2025
M S S R K J S
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
232425262728  

STATISTIK